Auto biografi
Marisa
Indah Pratiwi
Saya
adalah Marisa Indah Pratiwi lahir di Cimanggis, tiga September 1993.
Tinggal bersama orang tua di jalan
markisa raya, Cinere.
Pada
umur empat tahun saya menginjak taman kanak-kanak , yang bertempat di taman
kanak-kanak Dharma Lestari di jalan Mampang Prapatan buncit enam. Saya berada
di taman kanak-kanak selama dua tahun, dan meneruskan sekolah dasar di sekolah
dasar negeri Rawa Barat 01 pagi. Namun saat saya kelas lima, orang tua saya
menyuruh saya untuk pindah sekolah karena kelayakan sekolah yang kurang
memadai.
Saya di pindahkan di sekolah dasar
negeri Pancoran 01 pagi yang berlokasi di komplek MBAU pancoran, Jakarta
selatan.
Saya
mendapatkan sekolah menengah pertama di sekolah menengah negeri 104 Jakarta selatan,
namun saat di tengah semester masalah demi masalah timbul di rumah dan memaksa
saya untuk putus sekolah selama setahun.
Setelah setahun lamanya, saya
meneruskan kembali sekolah saya di Mts Miftahul Umam di Pondok Labu Jakarta
selatan.
Saat menuju kelulusan, saya memiliki
kepercayaan diri yang tinggi untuk mendapatkan sekolah menengah atas negeri
ditambah nilai-nilai saya yang sangat mendukung. Namun saat satu hari sebelum
ujian akhir tiba saya jatuh sakit yang berakibat nilai-nilai saya yang menurun drastis.
Jangankan masuk ke sekolah menengah
negeri atas, saya lulus pun dengan nilai pas-pasan. Semangat untuk masuk
sekolah menengah atas kini sudah tiada, hanya karena sakit itu kerja keras saya
selama tiga tahun di Smp terasa tak berarti. Saya sampai merasa tak ingin
mendaftar di sekolah menengah tinggi manapun. kalau bukan karena peran seorang
Ibu di samping saya yang selalu mendukung dan memberi saya semangat, mungkin
saya tak akan dapat terus berjuang hingga saat ini.
HOBI
Saya
memiliki banyak hobi, dari bidang seni maupun bidang olah raga.
Dari bidang seni saya senang sekali
menggambar dan menari. Saya senang menggambar sejak saya mengenal pensil,
menggambar apa saja yang saya suka. Karena pada saat menggambar saya dapat
mengungkapkan apa yang saya rasa, karena memang saya tipikal orang yang tak
mudah untuk mengungkapkan apa yang saya rasa.
Saya juga suka menggambar tokoh-tokoh
kartun atau anime manga dari komik maupun dari tv, banyak teman saya yang
menyukai gambar-gambar saya. Walaupun tak sebagus gambar anime biasanya namun
melihat wajah teman-teman saya yang melihat gambar saya dengan senyuman itu
sudah cukup bagi saya.
Menari
adalah bidang yang saya geluti dari kecil, Ibu saya sangat mendukung saya dalam
bidang itu. Terbukti dari antusias beliau yang memasukan saya di Sanggar tari
Bali di daerah Blok M Jakarta selatan.
Namun karena umur saya waktu itu
masih terbilang anak-anak dan melakukan apapun seenaknya, jadi saya memutuskan
untuk berhenti dari Sanggar tari Bali tersebut setelah mendapatkan penghargaan
saat perlombaan tari Bali seJabodetabek. Ibu saya sedikit kecewa karena itu, ia
kecewa mengapa saya berhenti saat setelah mendapatkan penghargaan.
Di sekolah dasar saya dulu terdapat
sebuah kegiatan siswa marching band, saya ikut berpartisipasi di dalamnya dan
menempati posisi pemegang bendera. Saya juga mengikuti tari daerah pada saat
itu, dan di luar sekolah saya dan teman-teman di sekitar rumah sering berlatih
tari modern. Namun ketika saya menginjak masa sekolah menengah tinggi saya menghentikan
semua kegiatan menari saya, karena pada saat itu saya mulai mengenakan jilbab
dan menurut saya menari itu bukanlah hal yang cocok bila dikerjakan seseorang
yang memakai jilbab.
Di
bidang olahraga saya sangat senang bermain bola voli.
Berawal dari pamain cadangan sampai
menjadi pemain inti, saya adalah orang yang selalu tak mau kalah. Saya orang
yang iri, iri akan kemampuan orang lain. Itulah yang membuat saya terus dan
terus bekerja keras hingga saya menjadi seorang pemain inti yang selalu diperhitungkan
pada saat bertanding.
KEJADIAN-KEJADIAN
Pada
saat saya kecil, saya sering mengalami kejadian-kejadian yang tak semua orang
alami. Ibu saya berkata semuanya karena tanggal lahir saya yang bertepatan
dangan bulan mulut menurut islam.
Saat
umur saya empat tahun,saya tiba-tiba menghilang pada waktu maghrib menjelang,
ibu saya mencari saya kesana-kemari tetapi nihil.
Tiba-tiba di sebelah rumah menggelar
pengajian dan saya di temukan di kebun sebelah rumah dengan keadaan sedang
terlibat kawat duri yang biasa di pakai untuk pagar, pada saat di temukan saya
hanya diam dan tak berbicara apa-apa. Ibu saya sangat cemas saat itu.
Saya
juga sering melihat bayangan-banyangan putih yang sering melintasi pintu kamar
saya, dan saya juga sering melihat bayangan hitam besar di saat lampu
dimatikan. Oleh karena itu saya tidak suka bila mematikan lampu saat malam
menjelang. Saya juga dapat menduga perasaan orang lain bila mereka berniat
jahat.
Namun menjelang saya dewasa semua
kemampuan itu seakan menghilang dengan sendirinya.
Saya
bukanlah anak yang hyper aktif, namun kejadian seperti bocor di kepala maupun
di dengkul sering terjadi.
Seperti pada saat saya berumur
sekitar empat tahun, saya mengalami
bocor di kepala pada saat di kolam renang dan mendapatkan dua buah jahitan yang
sampai sekarang bekasnya masih tertera jelas di dagu.
Saya
juga pernah tenggelam di kolam renang saat berumur lima tahun. dan menurut
cerita Ibu saya, pada saat itu saya membuka celana renang saya dan meniru cara
mencuci baju di pinggir kolam renang yang mengakibatkan kaki saya yang masih
mungil terpeleset dan masuk ke dalam kolam yang sedalam dua meter. Beruntung
Ibu saya sangat lihai dalam berenang, dan dengan cepat ia mengangkat saya
kembali kedaratan.
DUA BUAH PERBEDAAN
Keluarga
saya di rumah terdiri dari dua agama berbeda, yakni Islam dan Kristen
protestan.
Ibu saya adalah beragama islam dan
ayah saya berasal dari agama Kristen. Awalnya terdapat perdebatan antara dua
keluarga dari ibu dan ayah, mereka menginginkan kami anaknya mengikuti apa yang
mereka anut.
Pada saat itu ada kebimbangan di hati
kami para anak, namun satu kalimat Ibu saya yang meyakinkan agama kami yaitu
“jangan anggap Ibu sebagai Ibu kalian bila kalian beragama selain islam” dengan
kata-kata itu semua anak di rumah menganut agam islam. Awalnya ayah merasa
kecewa dan sedih terlihat di wajahnya, namun seiring berjalan-nya waktu ayah
kini dapat memaklumi semuanya.
Pada
saat lebaran dan acara-acara keislaman, ayah senantiasa mendukung kami dalam
menjalankannya. Bahkan saat bulan puasa ayah menghormati kami yang sedang
berpuasa dengan tak makan dan minum di dalam rumah, dan ayahku sangat menyukai
ketupat buatan Ibu.
Saat
natal menjelang walaupun sedih harus ke gereja sendiri, tetapi ia tetap
tersenyum sebelum ia berangkat ke gereja.
Apapun
yang terjadi di rumah, entah itu positif atau negatif. Maupun sejelek-jeleknya
orang mengatakan bagaimana keluarga kami. Apapun itu saya sangat menyayangi
keluarga ini dan saya akan mempertahankan senyum di keluarga kami.
‘HOME SWEET HOME’
CINTA(?)
Saya
adalah orang yang tak mengerti apa itu cinta, yang saya ketahui itu adalah sayang.
Bagaimana saya menyayangi keluarga
saya dan teman-teman yang selalu ada di samping saya pada saat saya membutuhkan
mereka.
Saya
belum pernah menjalin suatu kisah percintaan layaknya anak remaja pada umumnya,
bahkan dulu rumor beredar bahwa saya adalah seorang lesbian.
Apapun omongan mereka tetapi saya
masih menyukai seorang lelaki, walau tak pernah menjalin suatu hubungan apapun.
Saya
pernah menyukai beberapa pria yang menurut saya cocok dengan kepribadian saya
yang kadang terasa aneh, namun saya bukan seorang yang sangat berantusias
mendekati orang yang saya suka. Entah mengapa saya merasa sangat grogi saat
dekat dengan oranag yang saya suka, ya mungkin terkesan seperti anak kecil
namun begitulah saya.
Mungkin
keadaan saya yang masih ‘menjomblo’ hingga saat ini di karenakan kebiasaan saya
yang menyendiri di dalam kamar dan kurang bersosialisasi dengan daerah sekitar,
karena memang sebenarnya saya kurang menyukai tempat-tempat yang ramai dan
berisik. Saya sangat menyukai tempat yang tenang dan jauh dari suara bising
yang menganggu telinga.